Bogor (Kemenag) - Seorang perencana hakekatnya adalah otak dari organisasi secara keseluruhan, ia yang tahu kemana lembaga ini dituju, bahkan tidak hanya sekedar merencanakan. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan perumpamaannya dalam akronim ROKOK, yaitu; Rencanakan, Organisasikan, Koordinasikan, Operasionalkan, dan Kendalikan.
“Jadi sebagai perencana tidak cukup fokus di perencanaan saja, tapi juga diorganisasikan, setelahnya dikoordinasikan, di sinilah titik krusial. Sebelum dioperasionalkan, ada tiga tahapan penting sebelumnya, yaitu perencanaan, organisasi dan koordinasi, baru setelah itu kita laksanakan,” kata Menag saat membuka Musyawarah Perencanaan Nasional (Musrennas) Kementerian Agama Tahun 2018 di Bogor, Selasa (13/03) kemarin.
“Dan dilaksanakan itu bukan kemudian selesai begitu saja, tapi kemudian kendalikan atau kontrol, dan kemudian dimulai lagi dari perencanaan, begitu siklusnya” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut Menag menyampaikan keinginannya agar program atau pembangunan yang mangkrak di Kemenag harus jadi prioritas.
“Maka perencanaan dan pengorganisasian harus jadi titik perhatian,” tandasnya.
Menag juga menjelaskan tentang bagaimana menerapkan gaya kepemimpinan multi arah. Dikatakannya, bahwa kita semua adalah pemimpin, dengan asumsi bahwa kepemimpinan itu seni mempengaruhi orang lain untuk ikut apa yang dikehendaki.
Menurutnya, mempengaruhi orang lain itu dua saja syaratnya, kemauan (motivasi) dan kemampuan (keterampilan, wawasan).
Maka, tambah Menag, ketika menghadapi persolan di wilayah tanggungjawab kerja kita, jangan pernah kita punya anggapan bahwa memimpin itu untuk bawahan saja. Menurut Menag, sekarang yang berkembang, memimpin atau mempengaruhi bisa kepada siapa saja, bahkan kepada rekan atau yang di atas kita, karena mempengaruhi bisa kepada siapa saja dan itu yang diterapkan di banyak institusi masyarakat kita.
“Sehingga kalau dihadapkan masalah, jangan mendiamkan masalah tapi komunikasikan ketidaktahuan kita kepada atasan atau rekan sejawat. Jadi komunikasi menjadi penting. Oleh karenanya, saya ingin setiap kita lebih pro aktif mensikapi permasalahan yang banyak sekali di bidang kerja saudara sekalian. Maka komunikasikan kepada rekan sejawat, tolong arahkan bagaimana memecahkan masalah,” ujarnya.
Dikatakannya, seorang perencana juga harus memiliki kemampuan menemukenali masalah dengan baik.
“Maka saya berharap, melalui Musrennas kita bisa menemukenali masalah lalu diurai dan dihasilkan solusinya, sehingga program selanjutnya berdasarkan kebutuhan rill masyarakat,” ujarnya.
Menag juga minta untuk betul-betul memperbaiki bank data. Ditegaskannya, data kita harus jauh lebih akurat lagi.
“Karena seringkali dalam merumuskan kebijakan, seringkali kita gamang menentukan program, dan data syarat mutlak menghadapi persoalan. Bagaimana kita bisa analisa dan memberi solusi, kalau kita lemah dalam data, maka harus diperbaiki sistem perhimpunan data yang dimiliki, data divalidasi, karena kita hidup bergerak. Karenanya data selalu berubah, tidak ada data yang statis maka selalu harus updating dan divalidasi.
Penulis : dodo
Editor : dodo
Sumber : kemenag.go.id (diakses 14 Maret 2018)